--Jika kita membagi cinta, maka cinta itu akan semakin banyak, bukannya berkurang—
Itulah kalimat pendek ibu yang selalu saya ingat sampai sekarang. Ibu saya mengatakannya waktu saya masih kecil, ketika saya SD. Waktu itu saya sering complain kepada Mela, Sepupu saya yang suka bermanjaan sama ibu. Saya yang bungsu sering cemburu jika dia sudah mulai dekat-dekat ke ibu saya, memeluk ibu saya dan ibu saya mengusap kepalanya. Saya sering berkata kepada Mela “kamu manjanya sama aku aja, jangan sama ibuku”.
Nah, ketika saya lagi berdua sama ibu, waktu itu naik motor dari pasar. Di jalan, ibu saya bilang, bahwa Cinta itu sesuatu yang indah, kalau kita memberikan cinta kita kepada orang lain, maka cinta itu tidak akan berkurang, malahan akan bertambah. Saya yang masih kecil tidak mengerti, dalam pikiran anak-anak saya berkata masak kalau udah dibagi malahan bertambah, ya berkuranglah. Namun entah kenapa, saya selalu ingat perkataan ibu saya tersebut.
Ketika Erupsi Merapi terjadi pada bulan Oktober 2010, saya menjadi relawan dalam program trauma healing di salah satu LSM. Saya menjadi fasilitator yang wajib ke lokasi pengungsian 3 kali seminggu. Disana saya mengajak anak-anak bermain, belajar, intinya membuat mereka gembira walaupun berada dilokasi pengungsian yang serba terbatas. Menuju ke lokasi pengungsian dapat dikatakan tidak mudah, Magelang, merupakan lokasi yang terkena erupsi yang terparah dibanding wilayah Sleman dan Klaten. Jalanan yang berkabut karena debunya bertumpuk di aspal, terkadang disertai hujan angin, dan rintangan lainnya.
Namun ada satu kebahagian tersendiri yang saya rasakan ketika telah berhasil melewati semua rintangan tersebut. Rasanya rintangan tersebut tidak ada artinya dengan kebahagiaan melihat anak-anak dengan kegembiraan yang mereka rasakan dengan kedatangan kami dan mengajaknya bermain, melukis, menari, menyanyi. Mereka selalu menyambut kami ketika motor kami baru saja terparkir didepan lokasi pengungsian dan merasa keberatan ketika jadwal fasilitasi berakhir.
Membuat topeng bersama |
Benar kata ibu, bahwa cinta itu suatu hal yang luar biasa. Dengan membagi cinta kepada mereka, maka kita akan mendapatkan cinta yang lebih banyak lagi. Bahagia rasanya mengelus rambut mereka, mendengar ocehan mereka, ketika mereka berebut ingin duduk berdekatan dengan kita. Ada satu anak ni yang tinggal bersama neneknya, Megan namanya, ibunya menjadi TKW dan bapaknya bekerja di daerah lain, Dia suka mencibir dan teriak-teriak tiap kali fasilitasi dimulai, namun sangat mudah mebuat dia tidak berbuat seperti itu, cukup ditarik kedekat kita dan menanyakan kabarnya, dan setelah itu dia akan bersikap sopan dan suka dekat-dekat.
Ada lagi cerita, ketika waktu itu kita melukis bebas, tidak tahunya ada seorang anak yang malu-malu datang mendekat. Atin namanya. Dia membawa segulung kertas, dan ternyata dia memberikannya ke saya. Ketika saya membuka gulungan kertas tersebut, saya terharu. Ternyata dia membuatkan saya lukisan, waaaaaaa, senangnya!!!. Disana ditulisin “kak Arda”. Lalu saya meminta dia untuk menuliskan namanya. Dengan bangga saya melihatkannya kepada teman-teman saya. Mereka bilang, lukisannya udah mirip dengan saya. :D
Bersama anak-anak dan teman fasilitator. Gambar wajah itu adalah gambar saya yang dibuat Atin. |
Banyak lagi tingkah anak-anak ini yang membuat saya selalu semangat tiap mau berangkat. Walaupun menghabiskan waktu 90 menit perjalanan naik motor, hal ini tidak jadi masalah karena capek yang saya rasakan tidak ada apa-apanya dibanding keadaan mereka yang serba kekurangan serta kekhawatiran yang mereka rasakan ketika Merapi meletus. Saya belajar banyak hal dari mereka, bahwa kegembiraan tercipta dari hal-hal yang sederhana dan kebahagiaan terlahir dari sebuah ketulusan. Dan memberi cinta akan membuat kita akan kaya cinta.
0 komentar:
Posting Komentar