Nama lengkapnya Yudhistira Aridayan, saya memangglinya Mas
Yudhis. Orangnya sederhana, ceria dan bisa bermain musik dan menciptakan lagu.
Begitu setidaknya menurut penilaian saya. Dia adalah salah satu fasilitator di
Sanggar Anak Alam (Salam) dan juga trainer pendidikan. Suatu hari ketika saya
di Salam, dia memberi saya amplop berisi uang, saya bertanya: ini kok saya
dikasih? “Lah, kan kamu udah nemenin
saya kemaren” jawabnya. OO! Baiklah, begitu tinggi nilai yang saya terima yang
hanya duduk-duduk sambil melihat dia mentraining para guru. Itupun saya
datangnya terlambat.
Namun, yang menjadi pikiran saya dalam hal ini adalah bukan isi amplop yang saya terima
darinya, namun jawabannya yang membuat saya berfikir. Ketika saya diberi amplop
dan saya mengucapkan terima kasih,lalu saya berdoa untuknya. Begini:
Saya: Semoga mas Yudhis selalu banyak rezekinya
Dia: Amiiiin
Saya: Semoga mas
Yudhis semakin tampan, hehehe.
Dia : gak mau ah, ga usah
Saya: lah kenapa? ( heran).
Dia: Tidak apa-apa, ga usah...
Lama juga saya terpikir akan jawabannya tersebut, beberapa orang
senang dibilang tampan atau cantik atau didoakan demikian. Namun berbeda dengan
mas Yudhis. Sepertinya dia sudah terlepas dari keinginan yang bersifat
“keduniaan” dan “sementara” khususnya
tampan. Mungkin saja, tampan tidak bisa dibagi-bagikan. Sementara ketika dia dilimpahkan rezeki yang banyak,
sepertinya dia akan sangat senang berbagi dengan sesama.J