RSS

Alam Pikiran Bonk

Bonk yang imut, yang suka dipoto
 

Tulisan ini saya buat karena sebelumnya saya membaca sebuah majalah yang memuat tentang alam pikiran binatang yang mendeskripsikan kepintaran beberapa binatang. Maka tidak ada salahnya juga saya menulis tentang Bonk, kucing saya yang telah hidup bersama saya selama lebih dari 3 minggu. Menurut saya Bonk juga mempunyai otak yang cerdas dan mampu mengenali ekspresi wajah saya dan juga tidak melakukan hal-hal yang sebelumnya saya larang.
Saya pikir dia mempunyai perasaan yang sensitif dan gampang bersedih. Saya jadi memikirkan kemungkinan sifatnya ini dengan masa lalunya (saya menemukan Bonk di jalanan). Ketika saya menunjukkan rasa tidak suka ketika dia melakukan hal-hal yang membuat kamar saya kotor, dia langsung terdiam dan pergi kekandangnya, disana dia terdiam sampai akhirnya tertidur. Ketika dia tertidur, saya mengelus kepalanya. Biasanya ketika saya mengelus kepalanya, dia langsung menandak-nandak. Berbeda sekali dengan hari itu, Bonk tetap diam dan terkesan menutup diri. Ketika telah bangun, dia duduk menghadap kamar saya, namun tampaknya tak berani masuk. Dia memandang saya sambil memiringkan kepalanya seperti orang yang sedang berfikir.
Bonk mengerti hal-hal lain yang boleh dan tidak boleh dilakukan, seperti dia tidak mau memanjat tempat tidur saya sekalipun dia sudah bisa melompat. Tidak mau mengganggu saya makan. Dan sepertinya dia tahu kalau saya berada dalam mood yang jelek, dia main sendiri dan tidak mengganggu saya, padahal kalau dia mengajak saya bermain kan ini bisa membantu saya melupakan hal yang membuat mood saya jelek.
Saya juga senang sekali membacakan cerita untuknya dan hal ini akan membuat dia tenang, lalu menunjuk-nunjuk gambar dari buku cerita yang saya bacakan. Dia memperhatikannya sebentar dan kemudian pergi. Hahahahaha.
Tapi lama kelamaan Bonk semakin tidak tahu diri, dia suka seenaknya menaiki piring makan saya, suka menggigit dan berguling-guling, suka masuk mukena ketika saya sedang shalat. Suka minta makan walau dia sudah dikasih makan sebelumnya. Kata teman saya dia urakan. Hahahaha. Ketika saya menanyakan perihal perilaku Bonk ini kepada teman saya yang kuliah di jurusan Psikologi, dia mengasumsikan bahwa perilaku Bonk menjadi demikian karena dia disorientasi, karena tidak adanya kucing lain yang bisa dicontohnya. Tapi lepas dari itu, Bonk tetap ngangeni dan menggemaskan, apalagi ketika sedang aktif-aktifnya. Saya tidak bisa meninggalkan Bonk sendirian dikost dalam waktu yang lama. Ketika saya sedang diluar untuk beberapa keperluan, saya ingin cepat-cepat menyelesaikannya dan kembali pulang ke kost.

Bonk, ternyata suka bermain

Bonk masih sendu, dihari pertama ketika saya menemukannya di jalan.


Tapi beberapa teman kost saya takut sama Bonk, ini karena sifat urakannya. Selain itu dia akan menganggap orang lain tersebut adalah temannya sendiri sehingga dia tidak segan-segan mengajak main dengan mengejar dan mencakar-cakar. Yah, paling tidak begitulah saya mengartikan sifat urakannya itu. 
Selain itu, Bapak kost saya juga meminta agar tidak memelihara Kucing, jadilah saya menitipkannya di teman saya. Tapi tidak bertemu dengan Bonk dalam sehari emnag lain rasanya, tetap saja saya tiap hari kesana, sekadar menengok atau membawakan makan untuknya.

Terlelap setelah kecapean menjelajah kebun kacang

Tapi kehidupan terus berjalan dengan berbagai dinamikanya. Teman saya harus pindah dan saya juga harus mengerjakan beberapa hal yang membuat saya harus meninggalkan Jogja. Solusinya adalah menitipkan Bonk kepada Mbah teman saya yang ada di Klaten. Dan Jadilah Bonk transmigrasi. Mudah-mudahan Bonk kerasan disana. Kan suasananya pedesaan, jadi Bonk bisa mengejar kecoak, capung dan bermain banyak hal disana.
Awalnya kami berniat akan menjenguk Bonk suatu saat nanti. Namun beberapa perubahan terjadi yang menyebabkan kami tidak bisa menjenguk Bonk. Yah, mudah-mudahan Bonk disana bahagia, gemuk, dan tetap nakal dan urakan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Arda Nurwan mengatakan...

Baru tau kalau ternyata tulisa ini sangat subjektif dan sedikit emosional, :P

Posting Komentar