RSS

Ironi Negeri Berijazah


diunduh dari: http://kendaripos.co.id

“Bu Arda, apakah nanti diakhir pelatihan ini, kita sebagai peserta bakal mendapatkan ijazah atau sertifikat?” 

Ah, pertanyaan jenis ini lagi. Bosan sudah saya menjawab pertanyaan ini. tidak di wawancara, sekarangpun di forum resmi begini yang jelas-jelas membahas hal lain yang jauh dari tema sertifikat.

Sebagai seorang fasilitator yang berusaha tampak baik, (walaupun ingin sekali blak-blakkan) saya berusaha menjawab sediplomatis mungkin dan berusaha tampak sebaik mungkin (semoga citranya juga begitu, haha). Namun ternyata teman saya menjawab yang intinya begini “jika pelatihan ini Cuma ingin sertifikat, silahkan niatnya diperbarui dulu. Kalau untuk urusan ijazah, toh banyak jasa penyedia ijazah palsu” makjleb bagi saya dan (mungkin) bagi beberapa tamu. Tapi semoga sipenanya mafhum.

Hari ini saya merenung lagi, mungkin kebanyakan dari kita dan mungkin juga saya seringkali mementingkan sertifikat atau bukti fisik yang terkadang semu. Memang sih, sertifikat itu penting untuk persyaratan kelengkapan administrasi dan bukti fisik, tapi jika semua cuma mementingkan sertifikat, apalah esensi terpenting yang akan kita dapatkan selain sebuah kertas yang bernama sertifikat tersebut? Lantas, bagaimana jika sertifikat yang kita cari-cari tersebut telah kita pegang dan ternyata hilang karena tercecer atau keteledoran lainnya? Sia-sia saja dong perjuangan kita selama ini ketika sertifikat yang kita idam-idamkan lenyap.

Memang sih, negara kita Indonesia, kalau boleh saya berpendapat adalah negara emblem. Negara yang sebagian besar hanya mementingkan sertifikat dan gelar sarjana namun masih mengesampingkan aspek kapabilitas dan kemampuan. Akibatnya, ya pertanyaan macam diatas salah satunya.

Imam Ali bin Abi Thalib ra. Pernah berkata yang intinya lebih kurang begini: 

“Jika kamu mementingkan harta, maka kamu akan sibuk menjaga hartamu, Jika kamu mementingkan ilmu, maka ilmulah yang akan menjagamu”

Jika sertifikat bisa hilang karena tercecer atau dicuri, maka ilmu tidak. Sertifikat atau ijazah jarang sekali bisa digunakan untuk kepentingan bersama, Ilmu bisa dibagi tanpa mengurangi ilmu orang yang membagikannya dan malahan membuatnya bertambah (karena kita mesti belajar lagi untuk menyampaikannya kepada orang lain). Ijazah bisa dicuri tanpa meninggalkan bekas, ilmu tak bisa dicuri. Ijazah membuat kita hanya sibuk memikirkaan hasil akhir, sedangkan untuk mencari ilmu, kita harus menikmati prosesnya. 

Jadi berdasarkan keterangan diatas, saya hanya menyarankan, carilah sesuatu yang tidak bisa dicuri orang lain dan membuatmu lebih mulia, yaitu Ilmu. Bukankah nabi juga berpesan bahwa “tuntutah ilmu sampai ke liang lahat”. Nah lo, jadi kita mesti belajar sampai akhir hayat kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wisata Massa,ah!

Tuh kan, pengunjung sibuk dengan hapenya (http://abdinewstv.blogspot.co.id)


BBM, Facebook, instragram dan beberapa sosial media lainnya ternyata telah membuat beberapa orang menjadi suka pamer wisata. Pamer bahwa dia telah mengunjungi sebuah tempat yang indah. Hal ini ditambah caption yang menarik dengar berbagai pose selfie maupun groupi

 Disadari atau tidak, pariwisata dan beberapa promosi lainnya sangat efektif dilakukan di dunia maya,  dan ini berefek terhadap peningkatan jumlah pengunjung. Namun disisi lain, peningkatan jumlah pengunjung wisata ternyata tidak diimbangi dengan perilaku yang mencerminkan mencintai lingkungan. Coba lihat, tempat wisata yang bebas dari sampah dan juga coretan? sangat sedikit bukan?, bahkan kemaren di Yogyakarta, kebun bunga Amarylis hancur berantakan karena diinjaki oleh para wisata yang selfie dibalik bunga bahkan dengan tiduran diatas bunga.Jadi apa yang mau dibanggakan ketika telah berhasil mengunggah poto dengan latar belakang tempat wisata namun meninggalkan bekas yang mengotori lingkungan?

Ah, masyarakat Indonesia, katanya menyukai wisata, cinta lingkungan. Kebanyakan  hanya karena kebanggan telah mengunjungi tempat yang telah terkenal di seantaro dunia maya dan mengunggahnya di media sosial dan berharap like yang banyak. Sudah. Itu saja

Wisata massa, saat wisata menjadi ngetrend dikalangan masyarakat kekinian, disaat itu pula kita harus mengunjungi tempat tersebut dan disaat itu pula kita harus memperlihatannya kepada publik. Coba lihat disebuat tempat wisata, ada yang menemukan pengunjung tanpa hape camera ditangan? Jarang sekali bukan. Kebanyakan pengunjung akan berselfie dengan kameranya ini dengan berbagai posisi. Entahlah, apakah mereka menikmati alam apa tidak, yang jelas mereka menikmati wajah mereka yang sumringah di galeri hapenya dan di sosial medianya, ah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS