Rumah adalah sekolah pertama bagi anak-anak dan orang tua adalah guru bagi mereka. Seringkali kasus-kasus kekerasan di sekolah, bullying dan sekedar mengejek yang dilakukan oleh anak-anak yang mengalamani kekerasan sejak dari rumah. Untuk itu diperlukan orang tua sejak dari rumah perlu mempersiapkan “bekal” agar anak-anak tidak menjadi pelaku kekerasan. Berikut langkahnya dari saya yang belum menjadi orang tua tapi hobi mengamati ☺:
1. Perbaiki kebiasaan berkomunikasi.
Anak-anak
yang terbiasa berbicara kasar di sekolah biasanya bermula dari kebiasaan di rumah.
Seringkali saya melihat, anak-anak yang biasanya mengejek dan melakukan
kekerasan secara verbal adalah anak yang terbiasa menerima perlakuan serupa
dari rumah. Karena jika diperhatikan, anak-anak yang tidak terbiasa
berkata-kata kasar di rumah, akan kebingungan dan kehabisan kata-kata jika
menghadapi anak yang menyerangnya secara verbal. Untuk itu, para orang tua
perlu memperbaiki kebiasaan komunikasi dengan anak-anak agar mereka terbiasa
melakukan hal yang serupa. Perbaki kata-kata dalam berkomunikasi dengan mereka
dan perbaiki intonasi.
Ketika kita
berbicara, hal yang paling mudah ditangkap oleh otak adalah intonasi nada
bicara dan gestur. Jika para orang tua memberitahukan sutau hal kepada
anak-anak tapi dengan emosi maka yang ditangkap oleh anak-anak adalah emosinya.
2. Ajarkan dampak logis dari sebuah perbuatan
Pernah saya
memperhatikan, seorang anak yang menumpahkan minumannya kesebuah lemari, diberi
tahu ayahnya dengan alasan yang masuk akal agar tidak menumpahkan minuman lagi.
Ayahnya berbicara bahwa jika minuman yang ditumpahkan akan mengakibatkan lemari
menjadi lapuk/ keropos sehingga nantinya mereka tidak akan mempunyai lemari
yang bagus lagi.
Anak-anak berada
pada pikiran konkret yang membutuhkan penjelasan dan alasan yang masuk akal
menurut versi mereka jika mereka melakukan kesalahan. Karena tiba-tiba dimarahi
untuk alasan yang mereka lakukan tanpa memberi tahu konsekuensinya adalah
kurang tepat sehingga kemungkinann besar mereka akan melakukan kesalahan mereka
lagi dan dalam lingkungan sosial, mereka kurang bisa mentolerir kesalahan orang
lain dan terkadang ikut memarahinya jika yang melakukannya adalah teman mereka.
3. Hindari
pertengkaran di depan anak
Pertengkaran
orang tua wajib/ harus dilakukan dibelakang anak-anak. jika anak-anak
mengetahui atau terbiasa melihat ibunya terbiasa ngomel kepada bapaknya atau
bapaknya terbiasa mengejek ibu di depan anak, maka akan sangat mudah sekali
dicontoh oleh anak-anak. ingat, anak-anak adalah plagiat terbaik.
4.
Mempersilahkan anak untuk mengajak temannya kerumah.
Meminta
anak-anak untuk mengajak temannya untuk bermain dirumah adalah salah satu cara
agar orang tua bisa mengenali cara bersosialisasi anaknya dengan teman-teman
sebayanya. Jika ada yang kurang tepat yang dilakukan anak terhadap temannya
maka diskusikan kemudian.
5. Biasakan berdiskusi sejak dini
Menasehati
tentu baik, tapi lebih baik jika didiskusikan dengan anak karena diskusi akan
membuat anak-anak lebih terbuka dan melatih kemampuan berfikir
mereka sehingga solusi yang diharapkan akan keluar dari mulut anak sendiri.
Pertama, ajak
anak mengenali suatu masalah, lalu tanyakan pada mereka “kalau begitu sebaiknya
gimana dong?” “kalau kamu menjadi dia, apa yang akan kamu lakukan?” atau
“gimana ya caranya agar temanmu tidak tersinggung dengan ucapanmu?” “gimana ya
caranya agar temanmu lebih banyak lagi?”
6. Menghindari
bullyng
Biasanya
anak-anak korban bully adalah “anak baik-baik” yang tidak terbiasa melawan
ketika berhadapan dengan anak-anak yang terbiasa melakukan kekerasan.
Cara
sederhananya adalah mengajarkan anak-anak untuk menghindar dari sipelaku. Jika
berada dalam satu kelas, caranya adalah menjauhkan posisi dari mereka.
7. Ajar anak
untuk memberi dan berempati
Biasanya
pelaku bully adalah anak-anak yang terbiasa dengan kekerasan sejak dari rumah baik kekerasan secara
verbal maupun secara fisik dan kurang mendapat perhatian orang tua. Mengajarkan
anak memaafkan atau “menjinakkan” pelaku bully terkadang tidak mudah tapi ini
perlu dilakukan. Caranya adalah, anak perlu mendekati pelaku bully dan
memberikannya sebuah mainan atau makanan sehingga anak tersebut akan luluh.
Tapi dampak lainnya adalah adanya pemalakan untuk selanjutnya. Nah jika ini
terjadi, minta anak tersebut untuk diajak kerumah, biar orang tua bisa
mengenali karakter si anak dan mengidentifikasi langkah selanjutnya.
8. Luangkan
waktu untuk mendengar curhatan anak
Orangtua yang
sibuk tentu membuat anak-anak kebingungan hendak menceritakan permasalahnnya
kepada siapa. Apalagi untuk ukuran anak yang pendiam dan tertutup. Anak-anak
akan kesulitan menemukan teman curhat jika orangtua tidak meluangkan waktu
untuk mereka.
Luangkan
waktu ketika magrib dengan mereka, temani anak membuat PR dan dengarkan
ceritanya disekolah.
Nah, sekian tips dari saya, semoga bermanfaat untuk
para orang tua. Kuncinya adalah kemauan kita untuk terus belajar menjadi orang
tua terbaik untuk anak-anak kita.
Catatan di #ramadhan 19
0 komentar:
Posting Komentar