Mobil travel
yang kami tumpangi sampai di SOS Children Village Meulaboh pada saat matahari
sedang terik-teriknya. Pada saat adzan zuhur akan segera berkumandang. Segera saja Uni dan Kakak Iparku disambut
hangat orang-orang yang ada disana. Tujuh tahun sudah mereka meninggalkan
tempat ini untuk menetap di Yogyakarta. Hari itu dan untuk beberapa hari
kedepan, Uni dan Kakak Ipar berikut anaknya akan menginap disana, berikut saya
yang juga ngitil sejak dari Medan. hehe
Karena
menjadi ibu asuh anak-anak yang membutuhkan adalah cita-cita saya yang masih
berada pada list teratas dari sekian banyak cita-cita dan keinginan saya (iya,
selain menjadi orangtua untuk anak-anak saya sendiri :P), maka berkunjung
kesini rasanya banyak inside yang didapatkan. Awalnya SOS
ini saya ketahui hanya sekelebat saja dari cerita-cerita uni yang menceritakan
suaminya sewaktu di Aceh (lebih sering cerita bagaimana mereka bertemu sih
sebenarnya, cieee). SOS sebenarnya hanya diperkenankan berdiri satu saja di satu provinsi (untuk di
Indonesia, SOS Children Village ada di Sumut, NAD, Jawa Barat, Bali,dll) namun
untuk di Aceh sendiri, ada dua SOS, yakni SOS Banda Aceh dan SOS Meulaboh. SOS
Children Village Meulaboh ini berdiri setelah bencana Tsunami yang melanda NAD
dikarenakan Meulaboh termasuk daerah yang terparah.
Searah jarum jam: Kondisi kamar anak-anak, Suasanan ruangan tengah, Anak-anak yang jarak sekolahnya jauh diantar dengan bis, Palng SOS Children Village |
SOS Children Village ini adalah sebuah LSM yang berasal dari Austria dan berdiri khusus untuk untuk merawat anak-anak yang membutuhkan, apakah itu anak yang ditinggal orangtuanya, anak-anak dhuafa yang membutuhkan biaya untuk pendidikan, dan anak-anak yang membutuhkan perhatian dsb. Mungkin sekitar tahun 2004, SOS Meulaboh diisi oleh anak-anak yang rumahnya sudah habis atau anak-anak yang kehilangan kerabatnya. Setiap anak yang boleh tinggal disini harus dinyatakan lulus dulu sesuai prosedur dan standar SOS Children Village. Setelah mereka dinyatakan boleh tinggal disini, maka mereka akan tinggal bersama ibu asuh mereka dan teman-temannya yang lain.
Saya
tertarik dengan manajemen anak-anaknya disini karena anak-anak tidak
ditempatkan dalam satu barak dengan ranjang berjejer seperti bayangan beberapa orang akan
panti asuhan. Dalam lingkungan SOS
Children Village kita akan menemui beberapa rumah yang setipe –mungkin inilah
dinamakan Children Village karena kondisinya yang mirip perkampungan kecil- dan
setiap rumah akan dihuni oleh tujuh sampai dua belas anak dan disana sudah ada
ibu asuh. Jadi setiap anak akan merasa dirumah dengan keberadaan teman-teman
sebaya dan dengan adanya sosok ibu yang mendampingi.
Saya
berkesempatan untuk menginap satu malam di salah satu Rumah yang diasuh oleh Bu
Ija dan beberapa anak-anak setelah sebelumnya dijamu dengan Mie Aceh dengan
kepiting yang besar-besar dan bebas untuk dinaikkan ke piring berapun jumlah
yang diinginkan :P . Rumah yang diasuh oleh Bu Ija ini dihuni oleh dua anak
laki-laki dan empat anak perempuan yang
keempatnya berbeda usia, ada yang usia Paud, SMA dan sudah tamat SMA. Ada dua
anak yang telah berkuliah di Kota Tetangga, dan pulang ketika libur tiba.
Dua anak laki-laki ini, salah satunya Jalal (Bagaimana mungkin saya lupa, memanggil
dia yang terlintas adalah Jalaludin Rumi) dan Rahmat meminta saya menggambar
namanya dengan doodle –yang membuat mereka agak takjub dengan hasilnya, wkwk
(yang ini jangan dipercaya)- setelah
makan malam terakhir di Meulaboh. Mereka bercerita kepada saya tentang
sekolahnya, keluarganya dan bertanya tentang kampung halaman saya. Kami
bercerita sampai larut sehingga membuat mereka lupa belajar dan mengerjakan PR.
Dalam satu
rumah, boleh kok terdapat anak laki-laki dan anak perempuan. Jika yang diasuh
adalah kakak adik yang berbeda gender, maka peraturannya mereka akan tetap
serumah di SOS dan tidak boleh dipisah-tapi tetap kamarnya harus dipisah. Hal
ini dilakukan karena akan tetap merekatkan hubungan sudara sekandung. Jika anak laki-laki telah memasuki usia
remaja atau baligh maka mereka akan pindah ke tempat Youth Village (?) bersama
dengan anak laki-laki lain yang seusia dan juga ada ibu asuh. Untuk perempuan
yang telah dewasa, mereka akan tetap berada di tempat semula untuk membantu ibu
asuh mengurus adik-adiknya.
Kegiatan
mereka sama seperti kegiatan harian anak-anak pada umumnya. Pagi hari mereka
berangkat sekolah dan siang menjelang sore mereka akan belajar mengaji disalah
satu ruang dalam lingkungan Children Village. Jika magrib tiba, mereka akan
sholat magrib bersama di mesjid yang juga tak jauh dari rumah-rumah mereka
(sayangnya kegiatan subuh di mesjid belum terlalu aktif).
Musholla yang ada di komplek Children Village |
Lalu
bagaimana jika mereka ingin pulang kampung atau ingin bertemu orangtua? disini
pihak orangtua atau kerabat atau wali anak-anak telah menandatangani
persetujuan dengan pihak SOS. Mungkin salah satu isi perjanjiannya adalah
tentang pertemuan dengan orangtua atau kerabat. Yang saya tahu, anak-anak
disini diperbolehkan pulang ke rumah atau ke kampung halaman jika ada alasan
yang tepat atau ketika liburan sekolah atau lebaran tiba.
Ketika
berkunjung ke rumah-rumah untuk bersilaturahim, yang paling berkesan bagi saya
adalah hampir setiap rumah selalu memajang poto semua anggota rumah layaknya
sebuah keluarga. Desain didalam juga disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
rumah sehingga awalnya saya merasa bahwa rumah-rumah yang dibangun tidak
seragam, padahal semuanya seragam. Setiap sekali seminggu, diadakan pertemuan
Ibu-Ibu untuk membahas bagaimana keuangan, manajemen rumah, kesulitan yang
dihadapi anak dsb bersama karyawan-karyawan SOS. Nah untuk kantornya ini ada dibagian paling depan dari SOS Children Village ini yang jam operasionalnya sama dengan jam kantor pada umumnya.
Ketika akan
menunggu Bis Travel yang akan membawa saya ke Banda Aceh, seorang anak PAUD
yang semalam tidur bersama saya, menghampiri, mengucap perpisahan. Ah
Tuhan, terimakasih untuk kehidupan dan juga untuk sebuah tempat yang bernama
meulaboh
2 komentar:
kereeen ya kak, mendaftar se lah jadi ibu suh disana kak,hihii.
hahaha, Resa, akak alum jadi amak-amak lai. :P
Posting Komentar