Kalau
melihat nasi bungkus Padang, sampai sekarang ingatanku hampir selalu melayang
ke masa kanak-kanak yang diliputi kegembiraan tiada tara. Berikut ceritanya:
Kalau ibu
dan bapak pulang dari rapat atau acara yang mengakibatkan mereka membawa nasi
bungkus, walaupun satu bungkus, kita, anak-anaknya ini selalu senang luar
biasa. gimana enggak? Kita adalah anak-anak yang jarang makan nasi bungkus dan
jika makan selalu dengan lauk seadanya. Nasi bungkus itu dimata kami begitu
“wah” sehingga harus segera dicicipi dengan cara yang juga “wah”. Ibu yang
diikuti oleh kami-kami ini akan mengembangkan bungkusan nasi di nampan dan
menarohnya dilantai dan segeralah kami mengerubutinya.
Tahu bagaimana agar nasi sebungkus itu cukup
untuk kami dan membuat kami kenyang? Ibu yang juga ikut makan, terlebih dahulu
mencampurkan nasi dirumah dengan nasi bungkus yang “wah” itu. Karena nasi
Padang hampir semua banjir dengan kuah, jadi nasi putih yang dicampur jadi ikut
terlumuri dengan kuah deh dan membuat nikmat. Eh lauknya cukup loh ya sampai
nasinya habis, entahlah bagaimana bisa, tapi kemungkinan besar karena lauknya besar
dan kami berusaha sehemat mungkin (nasi: lauk= 9: 1 kayaknya) dan karena nasi
padang kan selalu dilengkapi dengan sayuran dan sambal dan tentu saja kuahnya
itu. Makan dengan nasi yang berlumuran kuah saja sudah nikmat kok bagi kami.
(Kisah
ini aku bagi agar semua kenangan masa keciku bisa diabadikan, gitu sih tujuan
utamanya. Kalau diingat-ingat ternyata ibuku keren juga ya, hehe)
0 komentar:
Posting Komentar