Meme pada gambar diatas, saya temukan diakun salah satu
instgram yang saya ikuti. Hmmmm setelah diperhatikan benar juga itu kata-kata
dimeme, bahwa tukang sampah yang sebenarnya adalah kita yang memproduksi sampah
dan lalu membuangnya sembarangan.
“YA TUHAN, KUTUKLAH AKU KALAU AKU MEMBUANG SAMPAH DISINI”.
Seain meme tentang siapa sesungguhnya tukang sampah, kalimat diatas, akhir-akhir ini sering saya temukan disebuah
tempat yang kelihatannya menjadi menjadi bekas tempat pembuangan sampah, atau
bahkan tempat teronggoknya sampah itu sendiri dan dalam beberapa kasus saya
menemukan “kalimat sakti” tersebut tidak jauh dari tempat teronggoknya sampah,
menandakan bahwa kata “disini” sudah pindah “kesana” beberapa meter, tidak jauh
jaraknya. Mungkin dengan pindah beberapa meter, sudah membuat yang membuang
sampah disana terbebas dari rasa kutukan tersebut.
Fenomena “kalimat sakti” tersebut sering saya temukan,
kalaupun tidak persis redaksinya, namun maksudnya jelas sama, meminta kutukan
pada yang membuang sampah didaerah tersebut. Namun, “kalimat sakti” ini pun
akan hilang kesaktiannya seiring berjalannya waktu, terbukti terbukti ketika slogannya
temukan ditengah onggokan sampah.
Ironis memang menemukan kalimat tersebut ditengah onggokan
sampah. Pihak yang membuatnya tersebut mungkin sudah kehilangan akal sampai-sampai
membawa nama Tuhan untuk menjustifikasi dan mendakwa para tukang sampah. Jika
kata-kata bernas atas nama Tuhan saja dituliskan tidak membuat para tukang
sampah jera, apalagi jika memakai kata-kata manis berupa ajakan.
Tapi saya tidak akan berkomentar terlalu panjang atas “kalimat
sakti” ini, kenapa kalimat ini tidak ampuh dan kenapa kalimat nan magis ini
diabaikan begitu saja. Pembiasaan. Itulah yang terpenting dalam sistem
masyarakat kita. Pembiasaan tentang sesuatu yang baik dan yang bermanfaat bagi
lingkungan sekitar.
Jika pembiasaan untuk tidak membuang sampah sembarang sudah
dilakukan oleh lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia, maka saya pun
tidak akan terkena sampah kulit jagung yang keluar dari jendela sebuah mobil
ketika saya berkendara dibelakang mobil tersebut, tidak akan menemukan
pengendara mobil membuang tisunya sembarangan ketika berada dijalan raya dan
tidak akan menemukan “Kalimat sakti" atas nama Tuhan tersebut dibanyak tempat.
Bukankah tanpa kalimat sakti tersebut, jika orang-orang sadar akan kebersihan,
maka dengan atau tidak membawa nama Tuhan, sampah tidak akan teronggok
sembarangan. Sebenarnya kitalah makhluk pengotor lingkungan. Tukang sampah!
#ODOP3
0 komentar:
Posting Komentar