Sejak dulu saya adalah penganut faham kebebasan dan kemerdekaan dan suka sekali dengan yang namanya “ketidakterikatan”. Sepertinya kata merdeka itu wah banget, bebas mau melakukan apa saja yang dimau tanpa cemas memikirkan keterikatan-keterikatan sosial yang dibuat rumit dalam peraturan-peraturan formal dan mengikat.
Dulu, saya suka memikirkan makna merdeka ini menurut definisi pribadi. Merdeka menurut saya pribadi adalah tidak terikat dengan apapun. Tidak terikat dengan rasa apapun dan tidak terikat dengan hal-hal yang mengikat. Tapi setelah dipikir pikir, apa benar manusia memang tidak terikat dengan apapun termasuk dengan hal yang dibutuhkannya?.
Makna ketidakterikatan saja sudah menjadi kabur bagi saya. Ia menjadi terikat dengan ketidakterikatan. Ia menjadi tidak merdeka dengan kemerdekannya. Ia menjadi terpaut dengan ketidakterpautannya. Jadi apakah memang manusia ini bisa merdeka sepenuhnya?.
Menjadi Manusia pada prinsipnya adalah merdeka, merdeka dalam artian bebas memilih apa saja karena dibekali akal oleh Yang Kuasa. Tidak seperti Ayam yang terikat dengan menjadi binatang Ayam. Lah kalau begitu manusia bisa bebas dong menjadi bukan manusia?wkwkwk (ngawur mah ini) Bukaaan. Manusia bisa bebas menentukan mau menjadi seperti apa yang dimau. Tapi sebebas-bebasnya pilihan tersebut, ia akan menjadi terikat dengan pilihan yang telah diputuskan tersebut. (opo tho mbakyu, ngomonge mbulet wae dari tadiπ
π).
Coba, manusia ketika marah kepada seseorang, bebas mau merasakan apa saja. Bebas mau memilih tidak memaafkan, dendam, balas memarahi atau malah cuek. Tapi ternyata begini, kita punya konsekuensi dari kebebasan tersebut. Misal, ketika kita memutuskan untuk marah atau dendam, maka kita akan diikat oleh perasaan tersebut yang pada akhirnya malah membuat kita tidak bebas dan dikendalikan oleh perasaan dendam tersebut.
Contoh lain, Ketika kita bebas makan sepuasnya, kita terikat dengan hawa nafsu.Ketika bebas berbelanja berapapun, kapanpun, dan berbelanja apapun, kita terikat dengan kepemilikan. Ketika kita bebas melakukan suatu hal yang disuka, suatu ketika kita akan jenuh. Nah, semua rasa kebebasan tersebut akan bermuara kepada rasa bosan. Ketika mendapat kebebasan jalan-jalan, kita terikat dengan yang namanya uang, dokumen-dokumen pribadi, dan perlengkapan jalan-jalan.
Ehmmm, itu hasil perenungan saya lo selama menjadi galau dulu. Sekarang saya menemukan nyanyi Maher Zain yang berjudul I love You. Katanya begini ni dalam salah satu liriknya “how Your love has set me free and make me strong”. You disini maksudnya untuk Tuhan.
Itu lirik lagu tersebut lama lo saya pikir dan rasakan. Nafsu saya bicara: Gimana mau bebas dengan Dia, wong dengan begitu kita udah diikat untuk sholat lima waktu, wong dengan begitu kita dikat untuk mengikuti petunjuk-petunjuknya.
Ehehehe, itu dulu ya pemirsah, pikiran ngawur bedebah saya. Ternyata tuntutan sholatnya dan syariat-syariat yang harus kita jalankan itu adalah bahasa Cinta-Nya kepada kita. Maka Dia meminta kita melakukannya dengan segenap cinta dan bukan sekedar menjalankan kewajiban. Maka ketika kita melakukannya dengan Cinta, maka kata harus berubah menjadi butuh. Dan ketika kita mencintaiNya, maka semua penghambaan pada yang fana akan hilang, berganti tidak terikat dan bebas dari rasa kepemlikian kepada yang fana (tapi iniiii sulitttt sekaliiii bagi saya yang maqomnya belum kemana-mana)
Lalu apakah tuntunan syariah yang ditetapkann olehNya tersebut akan mengikat kita?. Ohoho, justru itu akan memperkuat rasa cinta kita pada Nya. Pada Dia Yang Maha Pencinta dan Maha Pengasih.
Dulu kadang saya menganggap ritual ibadah ini cuma untuk menambah pundi pundi pahala. Ternyata Tuhan memang Maha Cinta, dia mempunyai maksud untuk kita lewat ritual ritual yang mesti dijalankan oleh manusia. Selain pengikat rasa CintaNya dengan makhlukNya, sholat ini membuat makhluk yang fana ini bisa istiqomah dan disiplin dalam mengelola waktu yang diberikanNya sehingga bisa disiplin dan istiqomah dalam menjalankan tugas-tugas keduniawian. Puasa dengan waktu yang telah ditentukan juga membuat manusia bisa lebih disiplin dan belajar tidak mencintai yang fana seperti makan minum dll (dalam bahasa tasawuf puasa adalah belajar menyifati diri dengan sifat yang berlawanan dengan diri kita, yaitu sifat yang tidak membutuhkan, Al Ghaniy, yakni sifat Alloh semata) aih Alloh maha romantis kanπ
Lantas apa hubungannya dengan rasa merdeka? Saya pernah membaca status Quraish Shihab yang berbunyi “Hati kita adalah tempat bersemayam Allah, maka jangan taruh hal-hal yang tidak disukai Allah dihati kita”
Wuihh, makjleb banget.... sepanjang pikiran saya yang singkat dan dangkal ini, hal hal yang tidak disukai Alloh adalah: benci, dendam, dan penyakit hati lainnya, juga nafsu jelek yang tidak disukainya. Kenapa tidak boleh? Karena jika kita menaruh hal-hal diatas, maka dendam, benci, iri, dan nafsu jelek lainnya akan menjadi raja dihati kita sehingga hati tidak merdeka dan akan menutupi nafsu baik. Maka Taruhlah Alloh dan yang disukaiNya dihati, karena dengan demikian akan memerdekakan kita.
Coba, kalau sendalnya hilang, kita ikhlaskan saja,kita tidak sakit hati, kan hati jadi lapang, dengan demikian hatimu merdeka. Maka saya sedang mencoba belajar dan ternyata memang sulit, taruh sesuatu yang fana hanya ditangan saja, jangan dimasukin kehati, karena yang fana akan segera hilang. Kita selalu dan pasti akan menuju Yang Maha Kekal: Alloh Yang Maha Cinta.
*Pengingat diri di #3 Ramadhan
Semoga kita selalu dalam dekapan cintaNYAππ
Berikut saya tambahkan lirik Maher Zain ya ^^.