RSS

SINDIRAN DI SOSMED. BOLEHKAH?


Sering saya membaca di beranda medsos saya status atau postingan seseorang yang ditujukan buat orang lain secara personal.  Biasanya status ini bersifat menyindir dan tak jarang kata-katanya pedas seperti cabe rawit (lebay!) Saya juga pernah menemukan postingan seorang karyawan yang menyindir pihak manajemen kantornya. Bisa dalam status maupun dalam tautan link yang judulnya akan membuat panas kuping pihak manajemen. “15 hak karyawan yang harus kamu ketahui”. Di kolom komen sudah membanjir komentar teman-teman sekantor. “Emang kita karyawan ya?” begitu salah satu komentarnya. Nah terungkap sudah.

Berbicara mengenai sindir menyindir di media sosial, saya paling anti. Pernah suatu ketika, rekan saya membuat status yang menyindir saya. Saya lho. Tidak ditujukann kepada yang lain. Karena teman kerjanya cuma saya. Serius membaca status ini membuat saya  pengen memberikan komentar pedas juga di kolom komentarnya. Atau setidaknya membuat status balasan yang lebih pedas. Hahahaha. Tapi jika saya melakukannya, apakah masalah akan selesai? Tidak kan?. Disatu sisi, saya sedih, seriussss, saya sedih banget. Kok bisa dia tidak langsung sms atau nge-WA saya saja tentang komplainnya ini. Saya yakin beberapa orang yang membaca mengetahui sindiran ini ditujukan untuk saya. Tapi akhirnya saya memilih diam saja, dan besoknya nge-WA. Mengkonfirmasi. Awalnya perang tuh di WA.hahaha. Tapi berakhir adem kok. Dengan menyampaikan di privat message membuat saya lega dan saya rasa teman saya ini pun lebih lega.  

Mengenai status di Sosmed terutama Facebook, memang setiap orang mempunyai konten yang berbeda. Friends listnya siapa, pikirannya bagaimana, dan bagaimana status-status di beranda Facebooknya kan kita tidak tahu juga. Nah bagi saya biasanya status yang tidak enak dibaca ini, tinggal saya remove saja dia dari friends list saya. Atau jika saya mengenal orangnya, ya minimal diunfollowlah, kikiki. Status yang negatif begini akan merusak indra visualmu ketika menelusuri beranda medsos dan sungguh tidak berefek baik terhadap pikiran.

Tapi sejenak, hatiku bercakap-cakap:

Bagaimana jika orang yang disindir, sebelumnya telah kita text melalui privat message via SMS atau WA namun tidak ada tanggapannya? Tidak salah dong kita sindir di Media Sosial?

 “ah melalui privat message saja yang langsung tidak membuat perubahan  bagaimana jika di status medsos? sama saja kan? Bahkan mungkin lebih buruk”

“Tapi kan efek status di medsos itu berbeda lho terkadang. Ada lho orang yang mungkin akan lebih merasa kesindir di medsos dibanding efeknya jika via sms atau WA”

“Bagus sih kalau efeknya begitu, tapi kan kita tidak tahu. Bagaimana jika dia membalas statusmu dengan postingan yang lebih pedas, lalu kamu pun membalasnya lagi, dan dia pun muncul dengan postingannya lagi. Kalau kayak gini kan tidak akan selesai. (kecuali kalau kamu menyukai hal ini). Memang sih, ada beberapa orang yang merasa kesindir dan lalu intropeksi, tapi bagaimana jika kesindir saja tapi malah membuat tersinggung?. Terlebih dahulu cobalah untuk berusaha mengatakannya langsung melalui text message atau kapan perlu obrolan tatap muka. Yang begini akan lebih baik bagi kedua belah pihak”

Sekian percakapan batinku. Wise betul tuh percakapan terakhir (muntah!)

Mencoba menyampaikan komplain secara langsung atau melalui WA atau SMS saya anggap tetap lebih bijak dibanding menyampaikannya di status media sosial. Setidaknya kamu telah berusaha melalui jalan yang lebih baik dan mencoba menutup celah agar  orang lain di sosmed tahu bagaimana keadaan dirimu.  Selain itu, membuat postingan sindiran di medsos itu akan menampilkan citra diri yang bebas dari kesalahan, seolah-olah yang paling bersalah adalah orang yang kita sindir, padahal kan kesalahan yang begini terjadi karena banyak faktor, diantaranya: komunikasi kedua belah pihak, pemahaman yanag berbeda, serta evaluasi yang kurang mendalam terhadap diri sendiri. Sebelum membuat status cobalah terlebih dahulu untuk mengkoreksi diri sendiri. Siapa tahu memang kesalahannya terletak pada diri kita atau kita yang kurang memahami teman.

Kata beberapa teman dan saya pun mengiyakan begini “Status atau postinganmu menggambarkan kenyataan dirimu”. Maka tak jarang beberapa perusahaan akan melakukan pengecekan terhadap kegiatan calon karyawannya di media sosial. Konten apa yang diposting, akan menjadi pertimbangan untuk diterimanya seseorang menjadi bagian perusahannya.

Nah untuk perusahaan, jika mendapatkan status karyawan yang menyindir pihak manajemen yang apalagi banyak dukungan dari teman-teman kantor –dari komentar status-, ada baiknya intropeksi manajemen dulu. Bagaimana memperlakukan karyawan selama ini, bagaimana kepemimpinan kita kemaren-kemaren ini, bagaimana keterbukaan manajemen terhadap karyawan soal hal yang memang layak menjadi konsumsi karyawan. Karyawan itu juga manusia lho, yang akan labil suatu ketika jika ada yang tidak seimbang.
-maaf lho ya, yang paragraf terahir ini adalah asumsi pribadi saya, lah wong saya belum pernah menjadi karyawan- :P


Intinya, yuk posting dan buat status yang inspiratif! 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar