-- Buka mati, hati telinga, ada yang lebih penting dari sekedar kata cinta (Maliq & the esensial)--
Kalimat tersebut patut direnungkan. Disaat kita sering galau-galaunya karena masalah yang sebenarnya sepele. Malam ini ketika saya membeli makan. Hati saya sedikit gundah karena masalah skripsi saya. Saya belum mendapatkan jadwal dosen penguji saya karena mereka banyak kesibukan. Kapan saya bisa ujian? Kapan saya bisa meninggalkan kost saya? Sementara bulan ini saya sudah bilang ke orangtua bahwa mereka tidak usah membayar untuk uang kost lagi karena saya akan segera ujian. Hal ini bercampur dengan berbagai kegalauan lain yang sebenarnya tidak usah dirisaukan.
Sedang antri, saya melihat kerumunan kecil. Sepertinya disana ada dua orang yang berkelahi. Semakin lama, kerumunan kecil tersebut semakin besar dan semakin banyak orang yang datang kesana termasuk bapak-bapak yang antri makanan disebelah saya. Saya melihat keributan tersebut dari jauh. Salah seorang mengambil pembatas jalan yang terletak di pinggir jalan raya dan mendaratkan benda tersebut ke orang yang dianggapnya salah.
Masih belum jelas kenapa masalahnya, saya bertanya kepada petugas parkir yang berjalan kearah saya. Ternyata masalahnya adalah karena pencurian motor. Tidak terlalu jelas bagaimana kasus pencurian ini. Tapi saya menyimpulkan bahwa orang yang mau mencuri ini sebelum dapat melarikan calon motor yang dicuri, ketahuan dan langsung dihajar massa.
Agak lama memang proses penghakiman oleh massa ini. Ada yang geram dan berusaha memukul dan ada yang berusaha menenangkan mereka yang geram. Entah banyakan mana masing-masing golongan tersebut. Namun ketika massa yang menyaksikan semakin banyak, beberapa satpam kampus datang dan langsung mengamankan pencuri tersebut. Mereka membawa tersangka pencuri tersebut melewati warung makan dimana saya membeli makan. Sejenak saya bisa melihat wajah tersangka. Belur penuh luka dan darah memenuhi wajahnya. Pasrah saja ketika dua satpam kampus menggiringnya. Mungkin dia merasa lebih baik digiring begitu daripada dihajar beberapa orang yang geram. Kerih, saya jadi merasakan wajahnya pasti perih. Sedih sekali rasanya melihat dia yang babak belur.
Masalah ekonomi. Itulah alasan orang-orang nekat melakukan pencurian. Saya membayangkan dia mencuri karena keluarganya tidak mampu. Anak-anaknya belum membayar uang sekolah. Sementara istrinya tidak mempunyai uang untuk membeli beras. Sementara dia sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab mencari nafkah malah nasibnya harus begitu?
Sejenak, hati saya yang lain bilang “sering begini kok, syukur hanya berdarah sedikit, sementara dalam kasus lain, ada yang dihajar sampai mati”. Ketiksa selesai mengantri dan memacu motor kearah kost, ketika di lampu merah, saya didatangi seorang bocah 10 tahun yang meminta receh. Masalah ekonomi. Lagi-lagi itulah yang menjadikan mereka berada dijalanan yang keras. Masalah ekonomi. Itulah alasan sebagian besar orang tua rela mengeksploitasi anaknya dan mengabaikan hak mereka menuntut ilmu. Berbeda dengan anak-anak seusia mereka yang mungkin sedang belajar, nonton tv dan duduk di sofa empuk atau mungkin sedang makan malam dengan keluargnya.
Saya jadi menghubung-hubungkan kejadian barusan dengan anak ini. Jika mereka berasal dari golongan ekonomi tidak mampu. Si Bapak yang tidak punya pekerjaan tetap, memutuskan untuk mencuri motor dan malangnya babak belur dihajar massa. Si Ibu yang sedang punya anak balita mesti memenuhi kebutuhan gizi anaknya, dan anaknya yang sehari-harinya berada di jalanan meminta belas kasihan mereka yang berhenti di lampu merah.
Ah, jika melihat begini rasanya permasalahan yang kita hadapi tidaklah seberapa. Rasanya hal ini kecil, terlalu kecil untuk dipermasalahkan. Kita masih bisa tidur dikasur yang berada di ruangan yang nyaman, punya uang untuk membeli kebutuhan-kebutuhan hidup, masih bisa naik motor, punya teman banyak serta berbagai kesenangan lainnya. sementara Si Bapak tersangka harus memikirkan nasibnya dan nasib keluarganya? Anak-anak jalanan, harus menunaikan tanggung jawab yang semestinya belum seharusnya ditanggungnya dan harus belajar mengejar materi yang diberikan disekolah, jika mereka bersekolah.
Benar, sekeliling kita adalah sumber pelajaran berharga bagi kita agar kita lebih bersukur telah menjadi begini. Jadi buat apa galau? Masih banyak hal lain yang perlu dilakukan selain galau karena masalah yang sebenarnya sepele. Galaulah, namun lihatlah sekeliling, masih pantaskah hal tersebut kita galaukan?.Buka mata, hati dan telinga.
2 komentar:
Selamat sudah tidak galau lagi ya. Semangat terus Arda :-) Ini sajian tulisan terbaruku, silakan berkunjung klo ada waktu. http://mnurulikhsansaleh.blogspot.com/2012/06/meningkatkan-budaya-baca-masyarakat.html Salam pena Arda
Hei aku blogroll kau yaaa
Posting Komentar