Tiba-tiba, ditengah sedang
menyelesaikan pemeriksaan ujian Sumatif, entah kenapa saya jadi bertanya kok
bisa ya saya jadi guru?hmmm, ternyata kalau dirunut kebelakang-belakang,
ternyata memang ada pihak yang sengaja diadakan oleh Yang Maha Ada untuk
menginspirasi saya menjadi guru. Memang judulnya rada tidak nyambung sih, tapi tak apa.
Baiklah baiklah, saya akan
menceritakan beberapa pihak yang terlibat dalam proses kenapa sih akhirnya,
dahulu kala saya memilih menjadi guru. Ini dia:
1 1. Butet Manurung
Butet
Manurung ini, walaupun saya ga pernah melihat dia secara nyata, tapi dia nyata
dalam pikiran saya. Dialah orang yang menyampaikan pesan kepada saya - tentunya
lewat media koran yang waktu itu saya baca ketika di Perpustakaan kampus-.
Dalam bait-bait puisinya yang waktu itu saya catat dan sampai sekarang saya
hafal beberapa baris, dia menginspirasi saya.
“Karena
hidup haruslah bermanfaat
Bagimu...
Bagiku...”
Nah,
itu dia penggalan puisi yang masih nempel dikepala saya sejak dari pertama
membaca. Canggih banget Butet Manurung ini,rela meninggalkan zona jamannya demi
anak-anak di Bukit Dua Belas.
Penggalan
puisinya ini juga sejalan dengan hadist yang diriwayatkah oleh Imam Bukhari
yang berbunyi
“Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat untuk orang lain”
Walaupun
pada saat membaca puisi tersebut saya belum tau mau ngapain, tapi kata-katanya
Butet tersebut membuat saya mencintai dunia kerelawanan. Semoga nanti bisa
ketemu langsung sama Mbak butet ini.
2 2. Ibu Saya
Ibu
saya adalah orang yang ingin saya menjadi guru Fisika sejak dulu. Beliau sudah
memproklamirkan keinginannya ini bahkan sejak ketika saya masih dibangku SMP.
Entah darimana Ibu saya mendapatkan ide ini untuk anaknya, yang jelas dari dulu
tidak ada keinginan untuk menjadi guru, apalagi guru Fisika, ditambah dengan
kebosanan saya menghadapi guru Fisika yang suka menjelaskan rumus-rumus yang
tak masuk diakal saya dan saya tak tau darimana asal rumus itu. -_-‘’
Lantas
kenapa ibu saya bisa menjadi inspirasi saya menjadi guru?hmmm, ternyata ni ibu
saya pernah berkata satu hal yang saya ingat sampai sekarang.
“Arda, kasih sayang itu kalau dibagi ga
akan berkurang kok, malahan bertambah”
Adudududu,
saya yang berumur 8 tahunan ga ngerti banget itu maksud kata-kata, kalau dibagi
ya berkurang, masak bertambah?. Tapi tetap saya ingat kok sampai saya menemukan
makna kata-kata ini ketika menjadi relawan
fasilitator untuk anak korban Merapi di Magelang.
Begini
ceritanya: (gaya feni rose membawakan acara silet :P)
Hujan
deras disertai angin yang lebat membuat saya harus tetap sampai ke lokasi tepat
waktu, entah sudah berapa kali saya kecipratan air banjir karena disalip
mobil-mobil, ditambah angin yang lumayan kencang yang membuat saya semakin
melaju lambat.
Akhirnya
setelah 2 jam perjalanan, sampailah saya di Desa Ngampel dengan kuyup. Eits,
tetapi saya harus mulai bermain dengan anak-anak ini segera. oke! mari
berkumpul anak-anak.
Walau
agak bete, saya memulai acara dengan separuh hati dan menceritakan kalau saya
terjebak hujan. Eh tak dinyana, anak-anak ini begitu bersemangat mendengar
cerita saya dan malah menyemangati saya.
Nah,
disana deh momentnya saya menemukan makna kata-katanya ibu saya. Ternyata apa
yang kita kasihkan akan kembali kepada walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Makasih
Mak :D
3
3. Mas Yudhis
Nah
ini orang ketiga yang membuat saya mencintai dunia anak-anak. Walaupun tidak
lama menjadi fasilitator pendamping untuk kelas satu bersama Mbak Pipink dan
Mas Yudhis, tapi pelajaran yang disajikan Mas Yudhis untuk ukuran anak kelas
satu yang masih menyukai bermain-main sungguh menyenangkan dan diluar kebiasaan
beberapa guru SD Kelas satu pada umumnya.
Dia
mampu bercerita dan berdongeng dengan tingkahnya yang konyol dan natural.
Pernah, lewat dongengnya ini dia menjadi seekor burung. Dengan kedua tangannya
yang pura-pura menjadi sayap dia mencari buah-buahan. Riuhlah itu anak-anak.
Dongeng ini dikaitkan dengan Matematika pengurangan dan penambahan.
Mas
Yudhis ini juga menginspirasi saya untuk selalu memanfaatkan alam sebagai
sumber belajar. Hehe, walaupun anak-anak sering menuntut belajar diluar, tapi
dia ga pernah kehabisan ide untuk mengkaitkan pelajaran dengan alam. Sederhana
dan mudah dipahami anak-anak.
Dari
pengalaman ini saya yakin bahwa mengajar itu mudah.
Itu yang sebelah kiri ujung namanya Mas Yudhis |
4 4. SGI
Hehe,
terimakasih yang tak terhingga kepada SGI saya ucapkan sehingga sampai saat
ini, walaupun tidak jadi guru lagi, saya masih menyukai dunia anak-anak. Ketiga
orang diatas adalah inspirasi saya, dan SGIlah medianya yang membuat saya
menjadi guru 1 tahun di penempatan.
Dan
sekarang, walaupun sudah tidak menjadi guru lagi dan walaupun mungkin
kedepannya juga tidak tahu saya ngapain dan dimana (semoga Allah mengabulkan
cita-cita saya, Aamiin), semoga cita-cita dan semangat Butet Manurung,
kata-kata inspiratif Ibu saya, dan pengalaman dari Mas Yudhis dan SGI melekat
dalam setiap langkah yang saya tempuh.