Kawa Daun disajikan dengan batok kelapa |
Walaupun berasal dari bahasa Minang, sebelumnya saya tidak mengetahui arti "kawa".Namun setelah mendapat informasi, saya akhirnya tahu bahwa Kawa adalah bahasa lawas Minang yang berarti Kopi. Ya! Kopi ini
berasal dari daun Kopi, bukan dari biji kopi seperti yang kita kenal dalam
pembuatan kopi pada umumnya.
Warna hitam kopi berasal dari getah daun yang telah direbus dalam jangka waktu tertentu. Sebelumnya proses ini, daun kopi yang terkumpul
diasap dalam waktu 12 jam sampai benar-benar kering. Setelah daun kopi ini kering, kemudian diremas-remas sampai hancur. Nah, baru daun
kopi yang telah melewati proses pengasapan dimasukkan kedalam periuk dan
direbus sekitar 5 jam sampai air rebusan berrwarna hitam pekat. Untuk
penyuguhannya, tinggal disaring sehingga ampasnya tertinggal. Namun, ada yang
benar-benar khas dari cara penyajiannya sehingga menambah citarasanya. Kopi ini
disajikan dengan batok kelapa atau tampuruang dalam bahasa Minangnya. Ah! Pas dinikmasti di
udara Batusangkar yang dingin beserta gorengan yang lebar-lebar!
Air kawa dan Daun Kawa yang sedang diseduh |
Kopi lawas ini saya nikmati ketika melakukan perjalan menuju
Baso, sebuah daerah yang terletak antara Bukittinggi dan Payakumbuh. Warung-warung
kopi ini dapat kita temui setelah melewati Batusangkar dimana Istana Pagaruyung
berada. Harga untuk satu batok Daun Kawa adalah sekitar Rp 3000. Khasiat kopi
ini adalah dapat menghilangkan masuk angin, mules,dan penyakir perut ringan lainnya. Karena kopi ini berasal dari getah daun, ampasnya tidak mengendap dan tidak menyebabkan insomnia dan jantung berdebar-debar seperti efek kopi yang pada umumnya kita temui.