Pandai
Sikek, adalah daerah yang terkenal sebagai daerah penghasil sonket kualitas
ekspor.Sudah lama saya penasaran akan daerah pandai sikek ini, daerah yang
kerajinan tenunnya menjadi icon di lembaran uang 5000. Alhamdulillah saya dapat menjejak di daerah
ini ketika salah seorang peserta SMT berasal dari sini dan jadilah saya yang
mengobservasi mengajar beliau di kelasnya yang terletak di Pagu-Pagu Pandai
Sikek ini. Tapi saya tak akan cerita mengenai kelas beliau yang selalu ceria
itu, hihi.
Walaupun
bagian dari Kabupaten Tanah Datar, Pandai Sikek, Koto Baru terletak lebih dekat
dengan kota Bukittinggi dibanding Batusangkar yang menjadi pusat Kabupaten Tanah Datar. Jika kita berkendara
dari Padang panjang menuju Bukittinggi, maka Koto Baru adalah salah satu
destinasi perhentian favorit dimana terdapat danau-danau kecil dan pemandangan
Gunung Marapi di sisi kanan jalan dan Pemandangan Gunung Singgalang di sisi
sebelah kiri. Menikmati pemandangan sembari mencicipi hangatnya bika Koto Baru
dan teh manis yang dijual disepanjang warung-warung kecil di pinggir jalan.
Gerbang pertanda memasuki Nagari Pandai Sikek |
Nagari
Pandai Sikek, terletak disebelah kiri jalan menuju Kota Bukittinggi, di kaki
gunung Singgalang. Memasuki daerah ini kita akan disambut dengan pemandangan
ladang khas daerah kaki gunung dengan kumpulan atap-atap perumahan yang
berkelompok dan menyebar. Kita akan menjumpai toko-toko kerajinan dan songket
baik milik perseorangan maupun koperasi berjejer disepanjang jalan utama.
Biasanya bus pariwisata yang membawa turis lokal mapunun asing mampir disini.
jalanan utama Nagari Pandai Sikek yang dipenuhi toko dan koperasi |
Pandai
Sikek, seperti kebanyakan nama daerah di Sumbar, berasal dari bahasa minang.
Pandai berarti mahir dan sikek berarti sisir. Sikek adalah suatu alat yang
digunakan dalam menenun yang bentuknya menyerupai sisir panjang dengan
gigi-gigi yang halus. Sikek adalah alat yang sangat penting dalam menenun yang
berfungsi untuk mengatur letak dan komposisi benang-benang yang akan ditenun.
Katanya dahulu syarat seorang gadis dari Nagari Pandai Sikek baru akan mendapat
ijin menikah jika mereka telah pandai menenun dan setiap Setiap rumah menaruh
satu atau lebih alat menenun ini. Karena
pengaruh kemajuan zaman, kepandaian ini sudah semakin sedikit yang menguasainya
alat tenun tidak lagi dimiliki oleh setiap rumah.
Seperti
halnya buatan tangan, hasil tenunan pandai sikek ini sangat mahal. Untuk
tenunan seukuran lap tangan saja dihargai sekitar 150.000-200.000, mungkin
harga kain tenun seukuran songket biayanya akan lebih dari 1.000.000. Benang
yang menjadi bahan utama dalam tenunan ini beberapa juga didatangkan dari luar
negeri seperti negara India dan beberapa negara lainnya dan kebanyakan, hasil
tenunan ini juga dipasarkan di luar negeri.
Bagian yang putih yang mengatur benang-benang tersebut dinamanan sikek atau sisir |
Selan kepandaian menenun, terdapat kepanadian memahat dan membuat ukiran khas mingakabau |
Udara disini
sangat sejuk dengan jalanan yang naik turun khas daerah kaki gunung. Selain
sebagai pengrajin tenunan, umumnya penduduk disini bermata pencaharian sebagai
petani yang membuat mereka terkadang beraroma pestisida. Selain kebun-kebun
masyarakat yang terdapat diatas perbukitan yang lumayan jauh dari pemukiman, halaman
rumah mereka juga dilengkapi dengan ladang sayur-sayuran yang berganti jenis
tanaman dari musim ke musim serta kolam ikan yang airnya mengalir segar. Untuk
kebutuhan pangan, nagari Pandai Sikek dapat dikatakan bisa mandiri. Jika
sayuran atau cabe tak ada di dapur, langsung bisa petik di halaman atau barter dengan tetangga. Jika lauk di
dapur tak cukup, cukup tangkap ikan yang terbang bebas di kolam.
Berkali-kali
kesini membuat saya berangan-angan dapat tinggal disini suatu saat, menikmati
kedamaian alam sembari meresapi makna gemah ripah loh jinawi. Semoga suatu
saat.
Ladang masyarakat yang menanam berbagai jenis tanaman lunak |