Hari
ini Saya dan beberapa guru melatih anak-anak untuk penampilan acara perpisahan
kelas IV. Banyak anak-anak yang datang, bukan hanya yang terlibat saja. Ah
lucunya melihat tingkah anak-anak kecil ini. Beberapa anak yang tidak terlibat
pun ikut menirukan gaya anak-anak yang sedang latihan. Ditengah latihan,
seorang anak kelas I, Salwa menangis sambil memegang matanya, Saya meraihnya,
menanyakan kenapa dia menangis, dia diam saja sambil terus menangis dan
memegang matanya.
Saya bertanya lagi kepadanya, dan sindi yang jaraknya tidak jauh dariku berkata “saya tidak sengaja ibu”. Saya melihat salwa untuk berapa lama,mata saya berkaca-kaca, sedih. Salwa, seorang anak yang ditinggal Ibunya untuk bekerja di Arab Saudi. Penampilan Salwa agak berbeda dengan temannya: rambut kasar dan berwarna pirang menandakan tidak terawat bahkan banyak kutu dikepalanya. Kulit legam dan berkabut menandakan sering bermain dibawah terik matahari, dan pakaian yang kumal. Ah anak ini, kasihan sekali. Tidak pernah dipeluk orangtuanya, tidak bisa bercerita kepada orangtuanya, bahkan ketika menangispun dia tidak tahu harus mengadu kepada siapa.
Saya bertanya lagi kepadanya, dan sindi yang jaraknya tidak jauh dariku berkata “saya tidak sengaja ibu”. Saya melihat salwa untuk berapa lama,mata saya berkaca-kaca, sedih. Salwa, seorang anak yang ditinggal Ibunya untuk bekerja di Arab Saudi. Penampilan Salwa agak berbeda dengan temannya: rambut kasar dan berwarna pirang menandakan tidak terawat bahkan banyak kutu dikepalanya. Kulit legam dan berkabut menandakan sering bermain dibawah terik matahari, dan pakaian yang kumal. Ah anak ini, kasihan sekali. Tidak pernah dipeluk orangtuanya, tidak bisa bercerita kepada orangtuanya, bahkan ketika menangispun dia tidak tahu harus mengadu kepada siapa.
Lalu
saya melihat Sindi. Bukan untuk menyalahkan dia, namun juga menyadari bahwa dia
pun tak jauh berbeda dari Salwa, ditinggal Ibunya sejak kecil yang menikah
dengan lelaki lain dan hidup di kota lain, beruntung Sindi lebih terurus
daripada Salwa.
Selesai
latihan, Rana datang ke rumah saya, minta dikirimi lagu di HP saya via
Bluetoth. Saya mengerjai dia agar dia lama dirumah saya. Saya shalat dulu,
pura-pura bertanya lagi, dan meminta dia untuk shalat (awalnya dia tidak mau,
tapi saya bilang tidak akan mengirimi lagu jika dia tidak shalat)hehe, akhirnya
dia shalat. Dan setelah shalat saya pun mengirimi dia beberapa lagu.
Ditengah-tengah pengiriman tersebut kita sempat bercerita tentaang apa saja.
Dan dia bertanya kepada saya: :
Rana:
“ibu pernah keluar negeri?” “
Saya:
sudah……..didalam mimpi tapinya, hehehe
Rana:
dalam mimpi pun saya belum pernah keluar negeri”
Saya:
makanya kamu pasang target dan mimpi agar nanti kesampaian, bahkan nanti tidak cuma
dalam mimpi saja, tapi juga bakal jadi kenyataan, seperti ibu ini……dulu tidak
menyangka bisa kesini (panjang lebar juga ya ceramah saya)
Rana:
kalaupun ada mimpi saya, pasti tidak akan kesampaian….
Saya:
Emang apa? (penasaran)
Rana:
ketemu ibu saya (Dengan mata berkaca-kaca)
Saya:
(mengalihkan) yang lain aja, hehe (dengan nada sedikit canggung )
Lalu
pembicaraan berlanjut kearah lain, dan mulai ceria lagi.
Ah, kenapa hidup anak sekecil ini begitu
rumit? mata saya berkaca-kaca mengenang mereka. Tak bisa berbuat apa-apa
terkadang sangat menyesakkan.Tapi sungguh mereka sangat kuat.